Selasa, 13 Juni 2017

Menumbuhkan Motivasi Belajar Terhadap Peserta Didik

  
Glover dan Ronning (1996) mengatakan bahwa psikologi pendidikan mencakup topik-topik yang berkisar pada perkembangan manusia, perbedaan individual, pengukuran belajar, motivasi dan pandangan pendidikan humanistik, baik yang didasarkan pada data empiris maupun teori.[1]
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap peserta didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Namun, ancaman, hambatan dan gangguan pasti dialami oleh peserta didik tertentu sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkatan tertentu ada peserta didik yang bisa mengatasi kesulitan belajarnya tampa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan orang lain sangat diperlukan. Kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik bermacam-macam seperti, dilihat dari jenis kesulitan belajar, mata pelajaran yang dipelajari, sifat kesulitannya dan segi faktor penyebabnya. Dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.[2]
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar meliputi faktor gangguan psiko-fisik pada peserta didik seperti : Bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi peserta didik, Bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi dan sikap, Bersifat psikomotor (ranah keras) seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga). Sedangkan faktor ekstern meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar peserta didik seperti: Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan orang tua ayah dan ibu, dan rendahnya ekonomi keluarga,  Lingkungan Masyarakat, contohnya: pergaulan dilingkungan sekitar, Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi lingkungan sekolah, kondisi guru serta alat belajar yang berkualitas rendah. Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar pada peserta didik. Faktor-faktor ini dipandang sebagai faktor khusus. Misalnya sindrom psikologi berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome)  berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulakn kesulitan belajar peserta didik.[3]
Teori kepribadian yang pernah diungkapkan Maslow (1970), berdiri diatas sejumlah asumsi dasar tentang motivasi. Pertama, melakukan pendekatan holistis terhadap motivasi yaitu seluruh orang, bukan satu bagian atau fungsi tunggalnya saja yang termotivasi. Kedua, motivasi bersifat kompleks, artinya perilaku seseorang dapat muncul dari beberapa motif yang terpisah. Ketiga, manusia termotivasi secara terus-menurus oleh satu kebutuhan. Keempat, semua orang dimana pun termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan yang sama. Kelima, motivasi adalah kebutuhan dapat disusun dalam bentuk hierarki. Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk tujuannya.[4]
Belajar merupakan suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atau situasi yang terjadi. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak mungkin melakukan aktivitas belajar. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus-menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti: Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar, Motivasi intristik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar, Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman, Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar, Motivasi dapat memupuk Optimisme dalam belajar, Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.[5]
Fungsi motivasi dalam belajar yaitu, sebagai pendorong belajar, sebagai penggerak perbuatan dan sebagai pengarah perbuatan. Cara belajar yang efektif dan efisien, belajar efektif adalah cara belajar yang sesuai dengan kondisi personal pembelajaran, baik dari segi metode, penggunaan tempat, ataupun penggunaan waktu. Sedangkan belajar efesien adalah cara belajar yang meminimalkan usaha tetapi mendapatkan hasil yang maksimal. Upaya meningkatkan motivasi belajar yaitu, Menggairahkan peserta didik, Memberikan harapan realistis, Memberikan insentif dan Mengarahkan perilaku peserta didik.[6]     



[1] Nyanyu Khodijah, 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 21, cet II
[2] Syaiful Bahri Djamarah, 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 233-234, cet III
[3] Ibid, hal 175-176
[4] Yudrik Jahja, 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenadamedia, hlm. 65, cet I
[5] Ibid, hal 153-155
[6] Makmun Khairani, 2016. Psikologi Umum. Jakarta: Aswaja Pressindo, hlm. 187-188, cet II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar